Beginilah cara kerja Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI). Licik dan kerap berprasangka buruk terhadap kaum muslim.
Dua tahun lalu, FBI akhirnya
menyimpulkan Tamerlan Tsarnaev tidak berbahaya, mereka menguntit Rizwan
Firdaus. Lelaki muslim ini menetap bersama orang tuanya di pinggiran
Kota Boston.
Firdaus masuk dalam pengawasan FBI
berdasarkan cerita informan mereka, seorang pecandu heroin. FBI membayar
informan menyamar sebagai anggota jaringan Al-Qaidah ini USD 50 ribu
atau setara Rp 486 juta untuk terus menguntit Firdaus, seperti dilansir
situs motherjones.com, Rabu (24/4).
Sejak serangan 11 September 2001,
prioritas utama FBI adalah mencegah serangan teror terjadi di Amerika.
Mereka mendapat pasokan dana dari pemerintah USD 3,3 miliar saban tahun.
Buat melaksanakan strategi itu, FBI
merekrut 15 ribu informan untuk menyusup ke dalam komunitas-komunitas
muslim di seantero negara itu. Semua terdaftar secara resmi di FBI.
Informan-informan ini dari pelbagai profesi, termasuk dokter, pegawai
toko, dan bahkan imam masjid.
Seperti tertulis dalam surat dakwaan,
Firdaus dianggap berbahaya karena berkhayal ingin meledakkan Capitol
Hill (gedung Kongres) menggunakan pesawat mainan dipenuhi bahan peledak
dan dikendalikan dari jarak jauh.
Padahal, lulusan Universitas
Northeastern ini tidak memiliki senjata dan bahkan dia tidak tahu di
mana membeli bahan peledak. Namun informan FBI itu malah terus mendorong
Firdaus agar bisa mewujudkan mimpinya itu.
Dia memberikan Rizwan USD 4 ribu untuk
membeli pesawat mainan F-86 sabre dilengkapi alat pengedali jarak jauh,
11,3 kilogram bahan peledak jenis C-4 palsu, dan tiga granat tak aktif.
Pada Mei 2011, Firdaus berangkat ke Ibu
Kota Washington untuk mengamati sasarannya. Dia ingin mempelajari
lokasi mana yang tepat untuk menerbangkan pesawat mainan bermuatan bahan
peledak palsu itu. FBI merekam secara diam-diam kegiatan Firdaus ini.
Akhirnya enam bulan kemudian FBI
menangkap Firdaus dengan tuduhan berencana meledakkan gedung pewmerintah
dan memiliki bahan peledak untuk kegiatan teror.
Pengadilan memutus Firdaus bersalah dan
dia divonis 17 tahun penjara. Padahal, FBI telah menjebak dia dengan
memberikan uang dan menyediakan semua perlengkapan diperlukan.
FBI telah memenjarakan orang tak
bersalah. Justru membiarkan Tamerlan bersama adiknya, Dzokhar Tsarnaev,
pekan lalu meledakkan dua bom di Kota Boston, Negara Bagian
Massachusetts.
(motherjones.com/merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar